Alhamdulillah.
Kemarin, 24 Agustus 2019 aku wisuda.
Akhirnya.
Pagi-pagi datang dalam keadaan masih ngantuk, karena baru pindahan rumah.
Ada kejadian kurang menyenangkan pas berangkat.
Tapi sudahlah.
Toh pada akhirnya Allah memudahkan dan memberi keselamatan hingga sampai.
Sesampainya, biasa saja. Perasaannya terharu. Tapi biasa saja. Apa karena kejadian pagi tadi?
Aku bercerita dengan teman sebelahku, katanya "iya, aku juga ngerasain yang sama. Kayaknya wisuda itu emang untuk selebrasi untuk keluarga dan sahabat". Aku hendak berpikir, namun mengalihkan pikiran, dan mulai bersenda gurau kembali bersama teman -yang saat itu belum resmi memandang gelar masing-masing keahlian. Gelar untuk kami kebetulan, sarjana sastra-
Mendengarkan orasi ilmiah.
Kemudian prosesi pindah kuncir itu dimulai. Kami resmi jadi sarjana linguistik. Di kalimat sebelumnya aku tulis sarjana sastra, ya? Iya, karena kami belum mengetahui dengan pasti bahwa ternyata kini kami memandang gelar teranyar bagi mahasiswa yang mengambil bidang keilmuan pengetahuan bahasa budaya dan sastra. -cmiiw-
Setelah dipanggil kedepan, ada menti saat aku masih aktif menjabat sebagai mentor di panitia acara kampus, memberikan coklat. Wah, pas banget, lagi laper, dikasih coklat. Itu senang ketiga.
Tunggu.
Senang ketiga?
Iya,
Karena senang pertama aku, saat di lift menuju ruangan, mama bilang "3 tahunan lalu, pas wisuda mbak Intan, mama pengen banget anaknya make selempang cumlaude. Rasanya orangtua pasti bangga banget anaknya bisa menyandang sarjana dengan predikat cumlaude. Apalagi ipk 3,9an.. Alhamdulillah doa mama dikabulin lewat kamu ya, adek sayang". Aku terharu. Mau nangis. 3 tahun lalu, saat kakak aku wisuda, di waktu yang sama akupun jadi panitia wisuda di kampus yang sama. Saat itupula, aku terbesit "Mah, Pah, insyaAllah 3 tahun kedepan aku akan wisuda dengan memakai selempang yang sama dengan kakak-kakak yang punya ipk tinggi. Aku janji berusaha mungkin. Semalas apapun itu".
Senang kedua, saat melihat teman kelas dan senior duduk berdampingan terlihat bahagia. Bersyukur bahwa beban di pundak kami berkurang satu. Dari matanya, mereka terlihat siap tidak siap akan dunia yang akan segera disambutnya di depan. Tapi mata mereka menunjukan optimisme yang juga aku rasa. Bagaimanapun, kehidupan akan terus berjalan. Bagaimanapun, kami akan terus berusaha membahagiakan dan membanggakan orang tua dan keluarga.
Kemudian senang ketiga itu berjalan... makan coklat sambil menyenangkan diri.
Lalu, senang keempat, setelah semua acara selesai. Dosen-dosen bahasa dan kebudayaan Jepang -yang mengajarkan banyaaaaaak hal- menghampiri kami, terlihat lega, dan bahagia. Menyampaikan selamat dengan aura gembira. Aura yang benar-benar aku rasakan. Aura optimisme yang sepertinya berharap lebih pada kami.
Bagaimanapun, aku akan terus berjuang. InsyaAllah bisa kerja di kedutaan besar. Visa Jepang sih pengennya. Bismillah dulu. Hihi. Dimanapun, aku berharap semoga tempatnya barakah, dan menyenangkan. Bismillah lagi.
Kemudian, mama papa menghampiri aku, perempuan berkebaya dengan kerudung abu-abu yang sedang memakai toga dan selempang cumlaude. Mama peluk aku dengan erat dan penuh sayang. Pelukan hangat yang sering aku dapatkan, tapi kali ini penuh dengan rasa bangga. Aku melirik papa, papa seperti hendak menangis terharu. Entah kenapa aku juga jadi ingin nangis. Lalu aku peluk papa, cium pipi papa. Papa yang aku banggakan. Papa yang akan selalu jadi patokan calon laki-laki idamanku. Papa, Mama, aku sayang banget sama kalian. Apapun keadannya, izinkan aku untuk selalu menyayangi, memberikan kebahagiaan, membanggakan papa mama selalu yah.
Lalu terlintas salah satu kutipan dari guru ekonomi SMA aku. "Siapapun yang mampu membuat bangga dan bahagia orang tuanya, keberkahan akan terus mengalir padanya. Misalkan, mama papa kamu cerita sama teman mereka, bangga dan bersyukur punya anak seperti kalian, disaat yang sama Allah akan membukakan pintu rahmat". Masya Allah. Alhamdulillah sekaligus Bismillah. Beban aku ternyata masih banyak.
Setelah selesai, aku, mama, papa, menuruni anak tangga. Bersiap untuk foto di booth yang sudah kami pesan. Lirik kanan, lirik kiri. Aku menemukan teman-teman kelasku! Mereka menyempatkan datang. Bawa bunga. Warnanya? Ungu! Gemes banget warnanya. Terus dikasih setangkai bunga mawar. Dan dikasih gelang buatan sendiri sama salah satu temen. Aku suka ih. Sukak banget!
Makasih ya teman-teman. Makasih banyak.
Lirik kanan lagi, aku lihat Gempita. Lihat kiri aku lihat kak Nurul, dan Devi! Kemudian Ara dateng. Aaaaaaaa aku mau nangis terharuuuu. Seneng bangeeeeeeeettt liat mereka yaAllah yaRahmaan. Bawa bunga matahari! Bunga favorit aku!!! Bawa buket snack, bawa talenan tulisan, bawa banyak hadiah yang ga bisa aku sebutkan satu persatu!! Masih kebayang saat aku ngeluh, pusing di hadapan mereka masalah skripsi, masalah A masalah B masalah C dan lainnya. Terutama ka nurul dan devi. Dua orang yang sudah aku kenal selama lebih dari 10 tahun.
---
Setelah melewati hiruk pikuk wisuda, aku dan 4 sahabat serta mama papa menyempatkan untuk makan di Aha Cikini. Iya. Di samping TIM. Tempat penuh memoris.
Kami foto-foto di pinggir kolam renang, menikmati makanan, berbincang. Rasanya membalas teman-teman aku hanya dengan makan enak masih kurang. Huhu
--
Sesenang itu. Rasanya sebahagia itu. Benar-benar sebahagia itu. MasyaAllah walhamdulillah. Semua orang terasa ikut bangga dan bahagia, semua orang mendoakan kebaikan.
Alhamdulillah salah satu doa besar yang aku selalu ucapkan setiap sholat, dikabulkan Allah lagi. Doa itu, "Semoga aku mampu membuat bangga dan bahagia orang tua, keluarga, dan teman-teman dekat".
Rasanya aku ga ingin kebahagiaan yang aku rasakan ini segera berakhir. Dalam hati kecil, aku berharap kebahagiaan ini jangan fana. Perasaan kebahagiaan ini harus abadi. Dari itu, aku menuliskan kisah ini lewat blog. Sengaja kubagikan untuk pengingat aku nantinya. Hihi.
Untuk teman-teman, keluarga, kerabat, atau bahkan dosen dan guru yang mungkin menemukan blog ini, izinkan aku mengucapkan rasa terimakasih, rasa sayang, rasa cinta, rasa bahagia, rasa penuh syukur karena mengenal kalian semua. Bagaimanapun, aku tidak akan mampu membalas segala kebaikan yang telah dicurahkan kepadaku.
Aku masih rendah, aku belum jadi apa-apa. Ilmuku masih sedikit. Doakan agar Allah mengizinkan aku untuk jadi apa-apa yg terbaik di beberapa tahun mendatang yah. Izinkan aku untuk tetap terus berusaha untuk menjadi yang terbaik untuk kalian semua. Doakan aku selalu. Aku akan mendoakan kebaikan dan kebahagiaan kalian pula.
Terimakasih banyak.
With love,
Jakarta
25 Agustus 2019
Dhey S.Li
-Tukang buket bunga snack yang sempat takut kalo sidangnya telat, padahal jualan buket bunga snack buat wisudaan๐ถ-
Hehe. ๐
Alhamdulillah.
-------
Sekarang, Bismillah lagi.
Kemarin, 24 Agustus 2019 aku wisuda.
Akhirnya.
Pagi-pagi datang dalam keadaan masih ngantuk, karena baru pindahan rumah.
Ada kejadian kurang menyenangkan pas berangkat.
Tapi sudahlah.
Toh pada akhirnya Allah memudahkan dan memberi keselamatan hingga sampai.
Sesampainya, biasa saja. Perasaannya terharu. Tapi biasa saja. Apa karena kejadian pagi tadi?
Aku bercerita dengan teman sebelahku, katanya "iya, aku juga ngerasain yang sama. Kayaknya wisuda itu emang untuk selebrasi untuk keluarga dan sahabat". Aku hendak berpikir, namun mengalihkan pikiran, dan mulai bersenda gurau kembali bersama teman -yang saat itu belum resmi memandang gelar masing-masing keahlian. Gelar untuk kami kebetulan, sarjana sastra-
Mendengarkan orasi ilmiah.
Kemudian prosesi pindah kuncir itu dimulai. Kami resmi jadi sarjana linguistik. Di kalimat sebelumnya aku tulis sarjana sastra, ya? Iya, karena kami belum mengetahui dengan pasti bahwa ternyata kini kami memandang gelar teranyar bagi mahasiswa yang mengambil bidang keilmuan pengetahuan bahasa budaya dan sastra. -cmiiw-
Setelah dipanggil kedepan, ada menti saat aku masih aktif menjabat sebagai mentor di panitia acara kampus, memberikan coklat. Wah, pas banget, lagi laper, dikasih coklat. Itu senang ketiga.
Tunggu.
Senang ketiga?
Iya,
Karena senang pertama aku, saat di lift menuju ruangan, mama bilang "3 tahunan lalu, pas wisuda mbak Intan, mama pengen banget anaknya make selempang cumlaude. Rasanya orangtua pasti bangga banget anaknya bisa menyandang sarjana dengan predikat cumlaude. Apalagi ipk 3,9an.. Alhamdulillah doa mama dikabulin lewat kamu ya, adek sayang". Aku terharu. Mau nangis. 3 tahun lalu, saat kakak aku wisuda, di waktu yang sama akupun jadi panitia wisuda di kampus yang sama. Saat itupula, aku terbesit "Mah, Pah, insyaAllah 3 tahun kedepan aku akan wisuda dengan memakai selempang yang sama dengan kakak-kakak yang punya ipk tinggi. Aku janji berusaha mungkin. Semalas apapun itu".
Senang kedua, saat melihat teman kelas dan senior duduk berdampingan terlihat bahagia. Bersyukur bahwa beban di pundak kami berkurang satu. Dari matanya, mereka terlihat siap tidak siap akan dunia yang akan segera disambutnya di depan. Tapi mata mereka menunjukan optimisme yang juga aku rasa. Bagaimanapun, kehidupan akan terus berjalan. Bagaimanapun, kami akan terus berusaha membahagiakan dan membanggakan orang tua dan keluarga.
Kemudian senang ketiga itu berjalan... makan coklat sambil menyenangkan diri.
Lalu, senang keempat, setelah semua acara selesai. Dosen-dosen bahasa dan kebudayaan Jepang -yang mengajarkan banyaaaaaak hal- menghampiri kami, terlihat lega, dan bahagia. Menyampaikan selamat dengan aura gembira. Aura yang benar-benar aku rasakan. Aura optimisme yang sepertinya berharap lebih pada kami.
Bagaimanapun, aku akan terus berjuang. InsyaAllah bisa kerja di kedutaan besar. Visa Jepang sih pengennya. Bismillah dulu. Hihi. Dimanapun, aku berharap semoga tempatnya barakah, dan menyenangkan. Bismillah lagi.
Kemudian, mama papa menghampiri aku, perempuan berkebaya dengan kerudung abu-abu yang sedang memakai toga dan selempang cumlaude. Mama peluk aku dengan erat dan penuh sayang. Pelukan hangat yang sering aku dapatkan, tapi kali ini penuh dengan rasa bangga. Aku melirik papa, papa seperti hendak menangis terharu. Entah kenapa aku juga jadi ingin nangis. Lalu aku peluk papa, cium pipi papa. Papa yang aku banggakan. Papa yang akan selalu jadi patokan calon laki-laki idamanku. Papa, Mama, aku sayang banget sama kalian. Apapun keadannya, izinkan aku untuk selalu menyayangi, memberikan kebahagiaan, membanggakan papa mama selalu yah.
Lalu terlintas salah satu kutipan dari guru ekonomi SMA aku. "Siapapun yang mampu membuat bangga dan bahagia orang tuanya, keberkahan akan terus mengalir padanya. Misalkan, mama papa kamu cerita sama teman mereka, bangga dan bersyukur punya anak seperti kalian, disaat yang sama Allah akan membukakan pintu rahmat". Masya Allah. Alhamdulillah sekaligus Bismillah. Beban aku ternyata masih banyak.
Setelah selesai, aku, mama, papa, menuruni anak tangga. Bersiap untuk foto di booth yang sudah kami pesan. Lirik kanan, lirik kiri. Aku menemukan teman-teman kelasku! Mereka menyempatkan datang. Bawa bunga. Warnanya? Ungu! Gemes banget warnanya. Terus dikasih setangkai bunga mawar. Dan dikasih gelang buatan sendiri sama salah satu temen. Aku suka ih. Sukak banget!
Makasih ya teman-teman. Makasih banyak.
Lirik kanan lagi, aku lihat Gempita. Lihat kiri aku lihat kak Nurul, dan Devi! Kemudian Ara dateng. Aaaaaaaa aku mau nangis terharuuuu. Seneng bangeeeeeeeettt liat mereka yaAllah yaRahmaan. Bawa bunga matahari! Bunga favorit aku!!! Bawa buket snack, bawa talenan tulisan, bawa banyak hadiah yang ga bisa aku sebutkan satu persatu!! Masih kebayang saat aku ngeluh, pusing di hadapan mereka masalah skripsi, masalah A masalah B masalah C dan lainnya. Terutama ka nurul dan devi. Dua orang yang sudah aku kenal selama lebih dari 10 tahun.
---
Setelah melewati hiruk pikuk wisuda, aku dan 4 sahabat serta mama papa menyempatkan untuk makan di Aha Cikini. Iya. Di samping TIM. Tempat penuh memoris.
Kami foto-foto di pinggir kolam renang, menikmati makanan, berbincang. Rasanya membalas teman-teman aku hanya dengan makan enak masih kurang. Huhu
--
Sesenang itu. Rasanya sebahagia itu. Benar-benar sebahagia itu. MasyaAllah walhamdulillah. Semua orang terasa ikut bangga dan bahagia, semua orang mendoakan kebaikan.
Alhamdulillah salah satu doa besar yang aku selalu ucapkan setiap sholat, dikabulkan Allah lagi. Doa itu, "Semoga aku mampu membuat bangga dan bahagia orang tua, keluarga, dan teman-teman dekat".
Rasanya aku ga ingin kebahagiaan yang aku rasakan ini segera berakhir. Dalam hati kecil, aku berharap kebahagiaan ini jangan fana. Perasaan kebahagiaan ini harus abadi. Dari itu, aku menuliskan kisah ini lewat blog. Sengaja kubagikan untuk pengingat aku nantinya. Hihi.
Untuk teman-teman, keluarga, kerabat, atau bahkan dosen dan guru yang mungkin menemukan blog ini, izinkan aku mengucapkan rasa terimakasih, rasa sayang, rasa cinta, rasa bahagia, rasa penuh syukur karena mengenal kalian semua. Bagaimanapun, aku tidak akan mampu membalas segala kebaikan yang telah dicurahkan kepadaku.
Aku masih rendah, aku belum jadi apa-apa. Ilmuku masih sedikit. Doakan agar Allah mengizinkan aku untuk jadi apa-apa yg terbaik di beberapa tahun mendatang yah. Izinkan aku untuk tetap terus berusaha untuk menjadi yang terbaik untuk kalian semua. Doakan aku selalu. Aku akan mendoakan kebaikan dan kebahagiaan kalian pula.
Terimakasih banyak.
With love,
Jakarta
25 Agustus 2019
Dhey S.Li
-Tukang buket bunga snack yang sempat takut kalo sidangnya telat, padahal jualan buket bunga snack buat wisudaan๐ถ-
Hehe. ๐
Alhamdulillah.
-------
Sekarang, Bismillah lagi.
Foto dengan himawari~
Komentar
Posting Komentar